Senin, 03 Mei 2010

AJARKAN AKU TENTANG CINTA


Kerap aku merasa kesepian di antara keramaian, aku galau seakan ada yang ingin kujangkau, tetapi tak mengerti. Ada perasaan rindu seperti kehilangan sesuatu, ingin mencari di manakah gerangan. Tetapi aku sendiri tak tahu apa yang kurindukan. Tak jarang juga hati menggebu-gebu bagaikan sedang jatuh cinta, tak ingin ditinggal oleh sang kekasih. Konon dalam kisah-kisah Sufi diceritakan: “Ketika engkau dalam kegelisahan yang tinggi, tetapi tidak tahu mengapa, maka itu berarti engkau sedang butuh Tuhan. Dan ketika engkau butuh Tuhan, Dia sedang menyatakan cinta-Nya kepadamu”. Di dalam Hadits Qudsi disebutkan: “Wahai anak Adam, Aku cinta kepadamu dan engkau pun mencintaiku”. Dari Hadits yang lain ditemukan juga bahwa Allah berfirman; “Hamba-Ku! Aku bersumpah demi kebenaran-Ku, bahwa Aku mencintaimu, maka cintailah Aku demi hak-Ku atasmu”.

Seorang Imam , bertanya kepada seorang guru muda yang bertemu di halaman kampus, “Apakah yang kau ajarkan pada murid-muridmu?”. Dia menjawab: “Saya mengajar ilmu logika, Imam”. Sang Imam pun tersenyum tanda setuju dan bangga. Lalu sang Imam menepuk halus bahu guru muda itu sambil berkata: “Wah itu bagus, tetapi apakah kamu mengajarkan tentang cinta? berilah mereka pelajaran cinta agar mencintai apa yang mereka pelajari sehingga tumbuh cinta yang hakiki”.

Dalam literatur Persia, dikisahkan Laron adalah lambang api cinta yang mengorbankan hidupnya demi sang kekasih. Seekor Laron berterbangan dekat lentera yang memancarkan cahayanya begitu terang hingga menerangi alam sekitar. Demikian asiknya Laron menari-nari mengitari lentera hingga tak terasa sayapnya menyinggung tubuh lentera yang panas membara, sang Laron kaget dan jatuh, tetapi ia terpukau dengan cahayanya, dan tiba-tiba merasa terdorong untuk terbang kembali walau pun harus dengan perjuangan yang kuat. Dengan usahanya yang keras akhirnya ia pun berhasil untuk menjangkau tubuh lentera. Namun kali ini ia lebih nekat bahkan ia terus menghampiri dan bahkan dengan sengaja menempelkan tubuhnya kepada tubuh lentera hingga ia benar-benar tak berdaya, lunglai, karena panasnya yang tak tertahankan. Sang Laron terjatuh dan nyawanya pergi terbang. Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah Laron dan lentera tersebut di atas? Sang Laron berkorban demi cintanya kepada cahaya yang memberikan kehangatan.

Prinsip dasar cinta pada Allah Yang Maha Kuasa adalah mengenal-Nya. Sangatlah tidak mungkin orang yang mengenal Tuhan tidak jatuh cinta pada-Nya. Rabiah al-Adawiah dari Bashrah tidak bergeming dengan panasnya neraka dan indahnya surga, baginya cinta Allah tak dapat dibandingkan dengan itu semua. Godaan syaitan pun tak kuasa merubah pendiriannya akan penghambaan kepada sang Kekasih. Cintanya yang tulus dan suci membawanya kepada cinta Ilahi dan melupakan tentang amal, pahala, surga dan neraka.

Pengetahuan apakah yang membawa kita kepada cinta Ilahi? Yaitu pengetahuan intuitif. Pengetahuan intuitif dapat diraih tidak dengan jalan lain, kecuali dengan mensucikan diri dari noda-noda perbuatan yang tak layak dari cermin hati. Jika perbuatan yang tidak menyenangkan dibuang dari hati, maka hati akan menyaksikan keindahan Sang Ilahi Yang Maha Indah dan Maha Agung, dan karenanya kita akan jatuh cinta kepada-Nya. “Keindahan sang kekasih tidak terhalang dan tertutup”. Singkirkan debu dari tubuhmu hingga engkau dapat melihat keindahan-Nya.” Hati harus melepaskan diri dari kecintaan terhadap dunia, karena cinta dunia adalah sumber kebodohan dan kesia-siaan.

Manusia tidak akan mencapai puncak kemanusiaannya jika dia tidak mengalihkan hatinya dari selain Allah, bahkan sekali pun ia berusaha keras meraih kesempurnaan diri dia tidak akan pernah mencapai tujuannya. Jika manusia mewaspadai hatinya dan tidak mengizinkan ada di dalamnya selain Allah, maka manusia akan dapat melihat sesuatu yang orang lain tidak melihat atau akan dapat mendengar yang orang lain tidak dengar. Jika manusia menjaga mata hatinya, mata batinnya, Dia akan menganugerahi dengan cahaya yang memperkenalkan asas-asa ketuhanan. Jika seseorang bekerja demi Allah, maka mata hatinya akan selalu terbuka untuk hal-hal yang kreatif, yang innovatif dan brilian. Karena Tuhan adalah Maha Sumber Ilmu, Maha Sumber Kecerdasan Yang Abadi.

Kreativitas memerlukan pengetahuan intuitif. Pengetahuan intuitif tidak mungkin diraih kecuali melalui hati yang suci. Hati yang suci adalah hati yang tidak terikat dan bebas dari kemelekatan dari selain Allah. Hati yang suci adalah hati yang tunduk yang sadar akan kehadiran-Nya, hidup bersama Allah, dan menemui Tuhan justru ketika tidak ada satu pun manusia yang menyaksikan. Berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu usaha untuk mendekati Tuhan. Cara untuk mencintai Tuhan adalah mencintai makhluk ciptaannya dengan memberikan pelayanan sepenuh hati bagaikan sedang melayani sang kekasih. Manusia adalah keluarga Allah. Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi keluarga Allah dan membuat mereka bahagia. Seseorang bertanya kepada Nabi S.A.W: “Siapa yang dicintai Allah ya Nabi?”. Nabi menjawab: “Orang yang paling bermanfaat bagi orang lain”.

Carilah ilmu di mana pun, dari siapa pun yang dapat mengajarkanmu cara mencintai Allah atau dalam istilah tasawuf, disebut mahabbah kepada Allah. Langkah paling awal dalam proses pencarian ilmu mahabbah kepada Allah adalah merenungkan pertanyaan ini, dapatkah kita mencintai “Yang Satu Itu” tanpa terlebih dahulu berjumpa dengan-NYA?

Wa Allahu al-A’lam bi al-Shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar